Scroll To Top
News Trending

[Friday Thought] Saya & Online Shop



Selamat hari Jum'at Sahabat Wearhouse!

Siapa yang hari ini sudah terima THR? Hehe... Sudah belanja buat kebutuhan lebaran? Kalau belum, yuk mampir ke Wearhouse dan sightseeing siapa tahu ada barang yang cocok untuk dijadikan hadiah ke orang tersayanga :)

Ups, jadi promosi deh... Nggak nggak... tujuan saya menulis postingan hari ini adalah saya ingin berbagi tentang pengalaman selama berkecimpung di dunia online shop. Kebetulan Wearhouse sudah memasuki bulan ketiga dan saya memiliki banyak sekali amazing experience selama mengurus Wearhouse.

Pertama kali di 2009
Saya mengenal dunia online shop sudah sejak tahun 2009, bukan bernama Wearhouse tapi menjual barang kebutuhan wanita juga. Jadi bisa dikatakan walau Wearhouse masih seumur jagung, saya bukan pemain baru di dunia ini. Kala itu, online shop/ e-commerce belum semaju sekarang ini. Trust masih diragukan dan rentan penipuan baik oleh penjual maupun pembeli. Dan, di tahun yang sama berdirilah mall online pertama di Indoensia, yakni Tokopedia. Kebetulan waktu itu sepupu saya juga bekerja di sana sebagai salah satu tim pendiri dan dia mengajak saya berjualan di sana. Karena melihat konsep yang oke, saya pun tertarik bergabung dan mulai berjualan di sana.

Namun, karena masih awam soal dunia online dan pemasarannya plus saya juga berdagang iseng-iseng mengisi waktu selama masa skripsi, umur toko online saya itu tidak berlangsung lama. Setelah berhasil mendapat pekerjaan tetap, perlahan-lahan saya tidak lagi mengurus online shop saya itu karena keterbatasan waktu. Selain itu, pendapatan saya dari toko online juga belum seberapa sehingga akhirnya say memilih meleps toko dan fokus menjadi karyawan.

Seiring berjalannya waktu, saya melihat e-commerce mulai tumbuh pesat di Indonesia. Trust sudah mulai ada dari masing-masing pihak. Banyak pedagang online yang berhasil menorehkan kisah suksesnya. Sejak dulu, saya selalu berangan untuk dapat berdikari dengan memiliki usaha sendiri. Apapun bentuknya, saya ingin lepas dari kuadran 1-nya Robert T. Kiyosaki. Saya merasakan sendiri, kehidupan dengan status pegawai tidak akan membuat saya hidup berkecukupan, berkaca pada apa yang dialami orangtua saya. Sementara kebutuhan hidup semakin meningkat dan belum lagi jika nanti akan berkeluarga. Saya hanya melihat bahwa bekerja sebagai pegawai baik untuk belajar dan mencari pengalaman sebelum nantinya membuka usaha sendiri.

Mendirikan Wearhouse 2014
Terdorong oleh kuatnya keinginan berwirausaha, saya pun terjun kembali di bisnis online dengan segmen berbeda. Berdirilah Wearhouse di bulan April 2014. Butuh 5 tahun ya bagi saya untuk kembali lagi dan saya merasakan betapa kini berjualan online sungguh berbeda. Dunia digital berkembang pesat dan dengan adanya aplikasi-aplikasi smartphone sangat membantu pedagang online seperti saya. Selama ini saya sudah menggunakan ragam aplikasi dan jejaring sosial untuk memasarkan dagangan dan akan terus belajar tentang inovasi teknologi. Beberapa yang saya pakai adalah: Evernote, Pinterest, Facebook, Instagram, dan Blog. Untuk lokasi berjualan, saya tetap memercayakan Tokopedia sebagai situs marketplace yang mumpuni. Saya juga melihat Tokopedia dulu dan sekarang sudah jauh berkembang.

Pengalaman Baru
 
Foto: tumblr.com
Lalu, apa saja yang saya rasakan dalam 3 bulan membidani Wearhouse ini? Well, saat ini banyak sekali fiutr-fitur iklan yang mendukung kemajuan online shop! Sebut saja shoutoutforshoutout a.k.a #sfs yang marak beredar di Instagram. Dari yang personal hingga memiliki grup. Ini merupakan sesuatu yang baru bagi saya. Para pedagang bekerjasama untuk saling mempromosikan lapak mereka kepada follower masing-masing. Tentu saja dengan syarat tidak menjual barang serupa. Oh ya, SFS ini pun ada yang berbayar dan ada yang gratis juga.

Selain itu, adanya ragam widget dari media sosial yang bisa diintegrasikan dengan blog, sehingga bagi pemula dengan minim modal seperti saya, tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk membuat website resmi. Masih ada lagi website bernama Shopious, yang juga merupakan media iklan online shop berbayar dengan harga yang bersahabat bagi pedagang pemula. Konsepnya adalah dengan mengintegrasikan akun Instagram pemilik online shop ke dalam website mereka sebanyak 10-20 slot foto.

Foto: agriacyber.blogdetik.com
Kemajuan Tokopedia dengan merilis aplikasi Android sehingga memudahkan penjual untuk share produk dagangannya ke beragam channel seperti BBM, Facebook, Line, Google+, Pinterest, Instagram, Whatsapp. So helpful!

Perbedaan lainnya adalah pembeli sekarang pun sudah lebih "ramah" dan mengerti seluk-beluk belanja online. Mereka cenderung lebih sabar dan mau mengerti situasi penjual. Walau ya, tidak dipungkiri saya pun merasakan yang namanya di-PHP-in calon pembeli. Hahaha... Tapi ya sudahlah, yang penting tidak sampai merugikan dan prinsip saya jika 1-2x di-follow up tapi tidak ada informasi transfer ya tidak saya cari-cari lagi.

Kemudian seperti dikatakan sebelumnya, masyarakat yang sudah melek dengan e-commerce membuat segmen bisnis ini sangat subur. Semua bisa berjualan dan membeli secara online. Walau dulu saya sempat ragu memulai kembali, tapi kini dalam waktu singkat omset yang saya dapat jauh lebih besar dibandingkan 5 tahun yang lalu. Selain faktor lingkungan yang sudah semakin matang, saya juga diuntungkan dari sisi pengalaman kerja di bidang marketing dan ketertarikan dengan dunia online yang membuat saya mampu belajar otodidak.

Seorang kawan yang juga saya anggap sebagai guru dalam bisnis online pernah menyemangati saya agar tidak takut/ khawatir untuk mulai dagang online lagi. Dia sampai bilang, "Lo mau jual apapun di online pasti laku, pasti ada aja yang beli Mel. Ga usah takut." Dulu, teman saya ini pun memulai bisnis online dari sebagai dropshiper, hingga pelan-pelan pelanggan tetap bertambah dan membuat dia berani menyetok barang. Sekarang bisnisnya di segmen grosir sangat berkembang sampai-sampai akun media sosialnya pernah di-hack oleh orang yang tak bertanggungjawab. Salah satu risiko dalam bisnis online yang memang sampai sekarang belum ada peraturan hukumnya, hanya bisa mencegah dengan ganti password berkala. Walau menyebalkan karena hacking, tapi itu tandanya bisnis kita sudah terkenal hingga orang yang malas berusaha mau membajaknya. But karma does exist. Saya yakin barangsiapa yang memperoleh hasil tanpa usaha yang benar, akan mendapatkan balasan yang setimpal.

Foto: www.howtobeginabusiness.com
Saya percaya setiap usaha memang mengandung risiko, tapi berangkat dari dorongan semangat teman saya itulah plus pacar yang sempat skeptis karena merasa ingin buka usaha (toko offline) pasti butuh modal besar, yang membuat saya memberanikan diri kembali ke bisnis online. Saya ingin membuktikan diri bahwa bisnis bisa dimulai dari modal kecil bahkan tanpa modal sekalipun! Bukan masalah bakat, tapi saya percaya setiap ada niat pasti ada jalan.

Di awal bulan Juli ini pun, saya seolah ikut mendapatkan berkah Ramadhan dengan banyaknya pelanggan yang mengalir, hingga saya merasa terharu sekali. Belum pernah jualan selancar ini dan bulan lalu pun agak seret. Namun, saya paham kalau berjualan memang ada naik-turunnya, tinggal kita pintar-pintar menyiasati dan memberikan promo menarik.

Aduh, saya jadi berceloteh kepanjangan hehehe... Yah beginilah yang saya rasakan setelah kembali berkecimpung di bisnis online. Saya berharap Wearhouse bisa terus berkembang dan menjadi besar dimana saya bisa mencukupi hidup darinya. Sekian dulu sharing saya hari ini. Semoga celoteh saya bisa memberi manfaat dan semangat. Sampai jumpa di sharing berikutnya!

Salam,

Melissa

Share This:

No Comment to " [Friday Thought] Saya & Online Shop "